Perang saudara di industri chipset smartphone terus berlanjut pada kuartal pertama tahun 2023. Menurut data dari Counterpoint Research (via Gizmochina), MediaTek tetap mendominasi pangsa pasar dengan 32%, diikuti oleh Qualcomm yang menempati posisi kedua dengan 28%. Namun, yang mengejutkan adalah kembalinya Apple ke persaingan, merebut posisi ketiga dengan pangsa pasar sebesar 26%.

MediaTek, perusahaan asal Taiwan, telah memimpin pasar chipset smartphone selama enam kuartal terakhir. Meskipun masih memegang porsi terbesar, pangsa pasar mereka mengalami penurunan dari 36% menjadi 32% dalam tiga kuartal terakhir. Penurunan ini dipengaruhi oleh penyesuaian inventori dan permintaan pasar yang menurun dalam beberapa tahun terakhir. Bukan hanya itu, diperkirakan penurunan ini akan berlanjut pada kuartal kedua tahun ini, terutama dalam pengiriman SoC LTE yang diproyeksikan mengalami penurunan lebih dari 5%, sementara pertumbuhan SoC 5G hanya sekitar 5%.
Qualcomm, yang sering dianggap memiliki chipset yang lebih baik dibandingkan MediaTek, telah mengalami peningkatan signifikan. Pada kuartal sebelumnya, perusahaan asal Amerika Serikat ini berada di posisi ketiga dengan pangsa pasar sebesar 19%. Namun, pada kuartal pertama tahun ini, mereka berhasil menduduki posisi kedua dengan pangsa pasar 28%. Kinerja yang kuat ini menunjukkan bahwa Qualcomm terus meningkatkan daya saingnya di pasar chipset smartphone.
Sementara itu, Apple kembali bersaing di industri chipset smartphone setelah turun ke posisi ketiga dengan pangsa pasar 26%. Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat ini selalu dikenal dengan produk-produk inovatifnya, dan kehadiran mereka dalam persaingan ini akan semakin memperkaya pasar chipset.

UNISOC, Samsung, dan Huawei Hisilicon masih berada di belakang dalam persaingan ini, masing-masing dengan pangsa pasar 8%, 4%, dan kurang dari 1%. Perlu dicatat bahwa persaingan utama terjadi antara MediaTek, Qualcomm, dan Apple, dengan masing-masing perusahaan memiliki strategi dan target pasar yang berbeda.
MediaTek memiliki keunggulan dalam menguasai ponsel-ponsel kelas menengah ke bawah, sementara Qualcomm lebih fokus pada chipset untuk kelas menengah atas. Hal ini memberikan kesempatan bagi MediaTek untuk memperluas pangsa pasarnya, terutama karena harga smartphone dengan chipset Snapdragon cenderung lebih tinggi.
Persaingan di industri chipset smartphone masih akan terus berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan konsumen. Bagi para pengguna smartphone, persaingan ini akan membawa manfaat dalam bentuk inovasi dan pilihan yang lebih banyak. Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya di industri yang penuh tantangan ini.